The Britains Ark - Adventure In A World Full Of Fantasy | TBA Chapter 3 : teman lama yang mengejutkan


 TBA BAB 3 - Chapter 3 : teman lama.

 

Sudah miliaran tahun manusia dan non-manusia hidup berdampingan. Mulai dari Elf, Werewolf, Mermaid, Troll, Goblin, Peri, Pixie, dll. Suatu hari tepatnya 50.000.000 tahun yang lalu, organisasi besar bernama Freedom Union Force (F.U.F) mengacaukan tatanan kehidupan hingga terjadilah perang besar antar-ras. Pencipta dari penciptaan makhluk hidup, yaitu “Tuhan” mengambil 10 pemimpin ras utama yang terdiri dari Angel, Fall-Angel, Demon, Giant, Noblesse, Vampire, Werewolf, Mermaid, Pixie, dan Manusia untuk dimasukkan kedalam Purgatorium dan keluar saat hari jadi tahun kembar The Great Of Britain’s sebagai penyelamat Britannia.

Setelah menerima luka parah dan babak belur akibat pertarungan tadi, dr. Hisora dibawa ke penjara dengan kaki yang diikat rantai dan diseret sehingga jalan yang terus ia lalui bersimbah darah.

Tidak luput dari pengawasan penjaga, Rhico, Azriel, kak Jessica dan kak Russian dihukum cambuk 200 kali dikurungan tengah kota.

Ramainya penduduk yang melihat hukum cambuk itu seakan seru dan layak untuk ditonton.

“Seru!! Cambuk mereka terus, haha!!”

“Ayolah! Hei para algojo, buat tanda silang dipunggung anak-anak itu, hehe!!”

Dari kejauhan, beberapa kelompok pedagang pun melihat hukum cambuk itu dengan seru sambil meminum bir. Bahkan kak Jessica sudah dianggap sebagai barang lelang oleh mereka dan menyuap para algojo dengan 5 koin emas agar menyisakan dirinya.

Salah satu pedagang berteriak dengan kencang, “Hei, algojo hitam!! Haha... aku ingin membeli gadis itu seharga 6 koin emas! Lagipula daripada kalian mencambuknya sampai mati, lebih baik aku membelinya saja untuk kujadikan selir, haha...”

Dari sisi lain, salah satu pedagang lain juga berkata, “Kalau begitu kutawar saja seharga 8 koin emas, tunai sekarang juga! Haha.”

Para pedagang ribut untuk memperebutkan kak Jessica. Dari kejauhan, seseorang mengintai dengan saksama adegan cambuk itu.

Di ruangan gelap seorang pria mengintai dari jendelanya. Ia berkata, “Siapa mereka?” tunjuk pria itu kearah penjara cambuk mereka.

Seorang pelayannya menjawab pertanyaan pria itu, “Nanti siang ada hukuman untuk penyusup, yaitu dibakar hidup-hidup ditengah desa, tuan. Mereka yang sedang dicambuk itu diduga membantu penyusup itu masuk kedesa ini, tuan.” Jawab pelayan itu.

Pria tersebut memberi perintah kepada pelayannya untuk mendapatkan kak Jessica secepat mungkin.

“Pergilah kau kearah penjara itu, lalu rebut wanita itu berapa pun harganya. Aku... merasa kenal dengan dirinya.” Ujar pria itu.

“Baiklah, tuan! Aku akan pergi mengambilnya. Permisi tuan.” Jawab pelayan itu. Lalu, pelayan itu keluar dari ruangan tuannya.

Di waktu yang sama, dr. Hisora telah sadar dari pingsannya. Saat ia membuka mata, yang terlihat adalah rumah mewahnya yang besar dan megah sekarang menjadi penjara yang kumuh dan kotor.

“Aduh... apa yang sedang terjadi, dimana aku?” tanya dr. Hisora dengan bingung.

Salah satu narapidana asing menjawab pertanyaannya, “Kau sudah dipenjara, hei pak tua!” jawab ketus narapidana asing itu.

“Eh... siapa kau?” tanya dr. Hisora.

Sang narapidana menatap dr. Hisora dengan tatapan yang suram dari bayangan gelap penjara ini.

“Namaku... ah! Apa gunanya kuberi tahu namaku? Lagipula nanti siang kau akan mati dibakar ditengah desa ini!” jawab si narapidana ini. “Memangnya siapa kau dan apa dendammu kepada desa ini, hingga kau berani menyusup kedesa kami? Walaupun aku seorang narapidana, aku hanyalah seorang yang terkena fitnah!” Ujar pria itu dengan kesal.

Dr. Hisora terkejut dengan hukuman yang menimpanya. Tapi, yang lebih ia khawatiri adalah keselamatan Rhico, Azriel, Jessica, dan Russian. “Hei, pak! Apa kau tahu dimana narapidana bernama Rhico, Azriel, Jessica, dan Russian?” tanya dr. Hisora dengan khawatir.

Si narapidana asing ini kesal dan marah kepada dr. Hisora, “Hoi!! Jawablah pertanyaanku terlebih dahulu, dasar penyusup!” Ucap narapidana asing itu.

Dr. Hisora merasa putus asa dan akhirnya menjawab si narapidana tersebut, “Aku dihukum seperti ini karena aku diduga memalsukan identitasku karena aku menunjukan emblem keluarga bangsawan Britannia, dan akhirnya mereka mengira aku mencuri emblem itu.” Dr. Hisora menangis putus asa dan menjerit didalam hatinya.

Si narapidana mengatakan sesuatu dengan nada remeh kepada dr. Hisora, “Pantas saja. Kau sudah mencuri emblem keluarga bangsawan Britannia!” ujar narapidana tersebut.

“Ti-Tidak! Aku memang dari keluarga bangsawan. Aku datang untuk kembali kerumahku ini.” jawab dr. Hisora dengan gugup.

“Apa maksudmu dengan rumah ini? ini penjara, bukan? Sebenarnya siapa dirimu?” ucap narapidana tersebut.

“Maaf jika aku bertele-tele dari tadi. Namaku Hisora dari keluarga Nobleton, Hisora Van Nobleton. Penjara ini adalah rumahku. Aku ingin kembali kerumah ini dan menemui sekretaris kebanggaanku, Isamuel dari ibukota kerajaan.” Dr. Hisora terus mengingat sekretarisnya itu saat ia sedang membicarakannya. “Haha... kalau dia tahu aku sedang membicarakannya, mungkin aku akan ditonjok dirinya, hehe! Haah... mungkin dirinya sudah menjadi pelayan orang lain atau menjadi pedagang dan meninggalkan desa ini, lagipula dia adalah orang yang sangat rajin dan pintar.” Ucap dirinya dengan tangis sendu.

Narapidana itu berjalan kearah dirinya. Perlahan tapi pasti, badannya yang sempoyongan datang kearah dr. Hisora. Ia menggumpalkan tangannya, lalu ia meninju dr. Hisora bertubi-tubi.

Dr. Hisora merasa kesakitan, tapi beberapa tetes air mata jatuh ke kepalanya disetiap pukulannya. Dari mulut narapidana itu mengeluarkan liur, setelah itu ia menundukan badannya, “Selamat datang kembali Sir. Hisora. Aku, Isamuel Van Borgdeen sang sekretarismu menunduk hormat dan bakti kepadamu, Tuan.

Dr. Hisora terkejut dengan kebahagiaan yang datang kepadanya. Melihat sekretaris kesayangannya yang ia didik seperti anaknya sendiri.

Dr. Hisora menundukkan kepalanya hingga menangis, “K-Kamu! Kamu Samuel, ‘kan? Maafkan aku yang sudah membuatmu menunggu selama 7 tahun.” Suara tangisannya membuat ruangan penjara terasa bergema. “Hiks... hiks... hiks....

“Hei, bisa diam tidak dasar penyusup!!” teriak narapidana yang lain.

Sir. Samuel membela dr. Hisora karena mereka belum tahu, siapa itu penyusup yang mereka kira.

“Semuanya, tenanglah. Penyusup ini sebenarnya tuan kita, tuan Hisora Van Nobleton! Ucapkanlah sambutan kepada tuan kita!!” teriaknya Samuel.

Para narapidana itu terkejut tidak kepalang. Bagaimana tidak?  Rupanya, rata-rata narapidana disana adalah para pelayan dan orang-orang yang masih mengingat kebaikan-kebaikan dr. Hisora.

Kembali ke keadaan hukum cambuk Rhico dan yang lainnya. Pelayan pria asing yang mengintai dari jendela itu menyelinap diantara kerumunan penonton. Ia memperhatikan kak Jessica dengan saksama. Lalu ia bertanya-tanya, siapa wanita itu, hingga membuat tuanku jatuh hati pada pandangan pertama?, batin pelayan itu.

Diantara kerumunan itu, beberapa penonton menyoraki acara ini. ada beberapa hal yang membuat pelayan itu bingung dari sorakan penonton itu. Seperti,

“Hei! Mana suaranya!” atau beberapa sorakan lain. “Hei! Apa kalian bisu, mana teriakan kalian?”

Hal itu cukup membuat dirinya penasaran sekaligus kebingungan. Biasanya, orang yang terkena cambuk 40 kali dari algojo biasa saja, sudah membuat tawanan mati seketika. Tapi, karena Rhico dan lainnya dianggap penyusup, maka untuk mereka ‘spesial’ didatangkan algojo terkuat yang dibawa langsung dari gladiator Britannia. Anehnya, walaupun mereka sudah terkena cambuk ratusan kali hingga membuat algojo terkuat dari gladiator Britannia kelelahan dan lupa sudah berapa kali mereka mencambuk anak-anak itu, ekspresi mereka seperti wajah yang tidur dengan nyaman dipangkuan orangtuanya.

Para algojo meminta istirahat sebentar kepada kepala sipir, karena mereka sudah kelelahan, “Pak sipir!! Kami ingin meminta istirahat sebentar.” Ucap algojo itu.

“Ah, baiklah.” Jawab pak sipir itu.

Disaat istirahat ini, kepala sipir itu membuat pelelangan manusia  yang dipastikan akan ramai orang yang mengikutinya.

Pzz... Pzz... halo para penonton! Saya adalah Herman Van Unklav sang sipir dipenjara ini. Karena sekarang sedang waktunya untuk istirahat, maka kami akan memuaskan dahaga kalian dengan dibukanya pelelangan manusia kita bersama!!”

Para penonton besorak senang, “Whoo... Whoo... Whoo...

Hati para penonton sangat berdebar-debar. Melihat siapa yang akan mereka bawa pulang itu adalah Rhico, Azriel, kak Jessica, dan kak Russian sebagai barang lelang ini.

“hehe, baiklah mari kita mulai dari pemuda bernama Russian si penyusup ini, haha... harga awal 500 koin perunggu.”

Para wanita yang menyaksikan ketampanan kak Russian mulai menggila. Contohnya seperti wanita yang sudang duduk didekat pintu penjara itu mengangkat tangannya, “”Aku mengambilnya 1 perak. Mungkin ia bisa menjadi selirku, hehe?” ucap wanita tersebut.

Para lelaki menoleh kearah wanita itu. suara kecil dan merdu, harum kasturi dan jeruk yang semerbak, kalung berlian dengan simbol matahari, tidak salah lagi ia adalah Gloria Bexley atau julukannya adalah ‘Lady Poppy’. Pedagang sukses yang hanya menyimpan lusinan pria sebagai selirnya.

Wes... wos... wes... wos... , suara khalayak yang membincangkan sang Lady Poppy.

“Waah.. lihat itu! Dia adalah pedagang wanita yang terkenal itu, ‘Lady Poppy’.” Teriak salah satu pengunjung. “Waah... itu benar. Itu Gloria Bexley si pedagang sukse.”

Pzz... pzz... , baiklah! Russian Van Onyx telah lunas dibayar oleh Lady Poppy maka silah–” sesaat, sang panitia melihat kekursi atas.

seorang pelayan pengintai itu mengangkat tangan. “Jika wanita itu menghargai pria itu sebanyak 1 koin emas maka, aku akan membayarnya 4 koin emas!!” teriak pelayan itu. “Maaf tuan!! Aku agak melenceng dari tugasku. Tapi, aku mau lelaki ini menjadi penggantiku di kandang kuda, hii...” batinnya dengan mual membayangkan kotornya kandang kuda itu.

Lady Poppy kesal, lalu ia mengangkat tangannya lagi, “Aku akan membayarnya 8 koin emas!!” teriaknya.

“15 koin emas!” ucap si pelayan.

“30 koin emas!” dalam batinnya, Lady Poppy berpikir, “Haha... kalau denganku tidak ada yang bisa main-main dengan jumlah uangku, hehe!!”

Para penonton bergumam-gumam sambil melihat kearah kak Russian, “Astaga!! Lelaki ini adalah pria yang berhasil membuat Lady Poppy bersungguh-sunguh....”

Si pelayan mengangkat tangannya lagi, “Kalau begitu, aku akan membelinya seharga 1 koin ‘permata’.” Ujar sengir pelayan itu.

Wes... wos... wes... , para khalayak dan kak Russian tak habis pikir, apakah si pelayan itu manusia normal atau ‘homo’, sih? Pikir negatif mereka.

Lady Poppy sangat terkejut. Pasalnya, orang yang memiliki harta yang dihamburkan sebanyak ini biasanya adalah anak dari pedagang Britannia, apalagi pelayan itu menganggap 1 koin ‘permata’ atau 1000 koin emas itu sepele sebagai uang jajan layaknya anak sekolah.

Komentar

  1. TBA Bab 3 : Hari ini pelelangan manusia terjadi pada Rhico, Azriel, kak Marie, dan kak Russian yang diperebutkan dengan konyol.

    BalasHapus

Posting Komentar