The Britains Ark - Adventure In A World Full Of Fantasy | TBA Chapter 3 : teman lama yang mengejutkan
TBA BAB 3 - Chapter 3 : teman lama.
Setelah
menerima luka parah dan babak belur akibat pertarungan tadi, dr. Hisora dibawa
ke penjara dengan kaki yang diikat rantai dan diseret sehingga jalan yang terus
ia lalui bersimbah darah.
Tidak
luput dari pengawasan penjaga, Rhico, Azriel, kak Jessica dan kak Russian
dihukum cambuk 200 kali dikurungan tengah kota.
Ramainya
penduduk yang melihat hukum cambuk itu seakan seru dan layak untuk ditonton.
“Seru!!
Cambuk mereka terus, haha!!”
“Ayolah!
Hei para algojo, buat tanda silang dipunggung anak-anak itu, hehe!!”
Dari
kejauhan, beberapa kelompok pedagang pun melihat hukum cambuk itu dengan seru
sambil meminum bir. Bahkan kak Jessica sudah dianggap sebagai barang lelang
oleh mereka dan menyuap para algojo dengan 5 koin emas agar menyisakan dirinya.
Salah
satu pedagang berteriak dengan kencang, “Hei, algojo hitam!! Haha... aku ingin
membeli gadis itu seharga 6 koin emas! Lagipula daripada kalian mencambuknya
sampai mati, lebih baik aku membelinya saja untuk kujadikan selir, haha...”
Dari
sisi lain, salah satu pedagang lain juga berkata, “Kalau begitu kutawar saja seharga
8 koin emas, tunai sekarang juga! Haha.”
Para
pedagang ribut untuk memperebutkan kak Jessica. Dari kejauhan, seseorang
mengintai dengan saksama adegan cambuk itu.
Di
ruangan gelap seorang pria mengintai dari jendelanya. Ia berkata, “Siapa
mereka?” tunjuk pria itu kearah penjara cambuk mereka.
Seorang
pelayannya menjawab pertanyaan pria itu, “Nanti siang ada hukuman untuk
penyusup, yaitu dibakar hidup-hidup ditengah desa, tuan. Mereka yang sedang
dicambuk itu diduga membantu penyusup itu masuk kedesa ini, tuan.” Jawab pelayan
itu.
Pria
tersebut memberi perintah kepada pelayannya untuk mendapatkan kak Jessica
secepat mungkin.
“Pergilah
kau kearah penjara itu, lalu rebut wanita itu berapa pun harganya. Aku... merasa
kenal dengan dirinya.” Ujar pria itu.
“Baiklah,
tuan! Aku akan pergi mengambilnya. Permisi tuan.” Jawab pelayan itu. Lalu,
pelayan itu keluar dari ruangan tuannya.
Di
waktu yang sama, dr. Hisora telah sadar dari pingsannya. Saat ia membuka mata,
yang terlihat adalah rumah mewahnya yang besar dan megah sekarang menjadi
penjara yang kumuh dan kotor.
“Aduh...
apa yang sedang terjadi, dimana aku?” tanya dr. Hisora dengan bingung.
Salah
satu narapidana asing menjawab pertanyaannya, “Kau sudah dipenjara, hei pak
tua!” jawab ketus narapidana asing itu.
“Eh...
siapa kau?” tanya dr. Hisora.
Sang
narapidana menatap dr. Hisora dengan tatapan yang suram dari bayangan gelap
penjara ini.
“Namaku...
ah! Apa gunanya kuberi tahu namaku? Lagipula nanti siang kau akan mati dibakar
ditengah desa ini!” jawab si narapidana ini. “Memangnya siapa kau dan apa
dendammu kepada desa ini, hingga kau berani menyusup kedesa kami? Walaupun aku
seorang narapidana, aku hanyalah seorang yang terkena fitnah!” Ujar pria itu
dengan kesal.
Dr.
Hisora terkejut dengan hukuman yang menimpanya. Tapi, yang lebih ia khawatiri
adalah keselamatan Rhico, Azriel, Jessica, dan Russian. “Hei, pak! Apa kau tahu
dimana narapidana bernama Rhico, Azriel, Jessica, dan Russian?” tanya dr.
Hisora dengan khawatir.
Si
narapidana asing ini kesal dan marah kepada dr. Hisora, “Hoi!! Jawablah pertanyaanku
terlebih dahulu, dasar penyusup!” Ucap narapidana asing itu.
Dr.
Hisora merasa putus asa dan akhirnya menjawab si narapidana tersebut, “Aku
dihukum seperti ini karena aku diduga memalsukan identitasku karena aku
menunjukan emblem keluarga bangsawan Britannia, dan akhirnya mereka mengira aku
mencuri emblem itu.” Dr. Hisora menangis putus asa dan menjerit didalam hatinya.
Si
narapidana mengatakan sesuatu dengan nada remeh kepada dr. Hisora, “Pantas
saja. Kau sudah mencuri emblem keluarga bangsawan Britannia!” ujar narapidana
tersebut.
“Ti-Tidak!
Aku memang dari keluarga bangsawan. Aku datang untuk kembali kerumahku ini.”
jawab dr. Hisora dengan gugup.
“Apa
maksudmu dengan rumah ini? ini penjara, bukan? Sebenarnya siapa
dirimu?” ucap narapidana tersebut.
“Maaf
jika aku bertele-tele dari tadi. Namaku Hisora dari keluarga Nobleton, Hisora
Van Nobleton. Penjara ini adalah rumahku. Aku ingin kembali kerumah ini dan menemui
sekretaris kebanggaanku, Isamuel dari ibukota kerajaan.” Dr. Hisora terus
mengingat sekretarisnya itu saat ia sedang membicarakannya. “Haha... kalau dia
tahu aku sedang membicarakannya, mungkin aku akan ditonjok dirinya, hehe! Haah...
mungkin dirinya sudah menjadi pelayan orang lain atau menjadi pedagang dan
meninggalkan desa ini, lagipula dia adalah orang yang sangat rajin dan pintar.”
Ucap dirinya dengan tangis sendu.
Narapidana itu berjalan kearah dirinya. Perlahan tapi pasti,
badannya yang sempoyongan datang kearah dr. Hisora. Ia menggumpalkan tangannya,
lalu ia meninju dr. Hisora bertubi-tubi.
Dr.
Hisora merasa kesakitan, tapi beberapa tetes air mata jatuh ke kepalanya
disetiap pukulannya. Dari mulut narapidana itu mengeluarkan liur, setelah itu
ia menundukan badannya, “Selamat datang kembali Sir.
Hisora. Aku, Isamuel Van Borgdeen sang sekretarismu menunduk hormat dan bakti kepadamu, Tuan.”
Dr. Hisora terkejut dengan kebahagiaan yang datang kepadanya. Melihat sekretaris kesayangannya yang ia didik seperti anaknya sendiri.
Dr.
Hisora menundukkan kepalanya hingga menangis, “K-Kamu! Kamu Samuel, ‘kan? Maafkan
aku yang sudah membuatmu menunggu selama 7 tahun.” Suara tangisannya membuat
ruangan penjara terasa bergema. “Hiks...
hiks... hiks....”
“Hei,
bisa diam tidak dasar penyusup!!” teriak narapidana yang lain.
Sir.
Samuel membela dr. Hisora karena mereka belum tahu, siapa itu penyusup yang
mereka kira.
“Semuanya,
tenanglah. Penyusup ini sebenarnya tuan kita, tuan Hisora Van Nobleton!
Ucapkanlah sambutan kepada tuan kita!!” teriaknya Samuel.
Kembali ke keadaan hukum cambuk Rhico dan yang lainnya. Pelayan pria
asing yang mengintai dari jendela itu menyelinap diantara kerumunan penonton. Ia
memperhatikan kak Jessica dengan saksama. Lalu ia bertanya-tanya, siapa wanita itu, hingga membuat tuanku
jatuh hati pada pandangan pertama?, batin pelayan itu.
Diantara
kerumunan itu, beberapa penonton menyoraki acara ini. ada beberapa hal yang
membuat pelayan itu bingung dari sorakan penonton itu. Seperti,
“Hei!
Mana suaranya!” atau beberapa sorakan lain. “Hei! Apa kalian bisu, mana
teriakan kalian?”
Hal itu cukup membuat dirinya penasaran sekaligus kebingungan. Biasanya,
orang yang terkena cambuk 40 kali dari algojo biasa saja, sudah membuat tawanan
mati seketika. Tapi, karena Rhico dan lainnya dianggap penyusup, maka untuk
mereka ‘spesial’ didatangkan algojo terkuat yang dibawa langsung dari gladiator
Britannia. Anehnya, walaupun mereka sudah terkena cambuk ratusan kali hingga
membuat algojo terkuat dari gladiator Britannia kelelahan dan lupa sudah berapa
kali mereka mencambuk anak-anak itu, ekspresi mereka seperti wajah yang tidur dengan
nyaman dipangkuan orangtuanya.
Para
algojo meminta istirahat sebentar kepada kepala sipir, karena mereka sudah kelelahan,
“Pak sipir!! Kami ingin meminta istirahat sebentar.” Ucap algojo itu.
“Ah,
baiklah.” Jawab pak sipir itu.
“Pzz... Pzz... halo para penonton! Saya
adalah Herman Van Unklav sang sipir dipenjara ini. Karena sekarang sedang
waktunya untuk istirahat, maka kami akan memuaskan dahaga kalian dengan
dibukanya pelelangan manusia kita bersama!!”
Para
penonton besorak senang, “Whoo... Whoo...
Whoo...”
“hehe,
baiklah mari kita mulai dari pemuda bernama Russian si penyusup ini, haha...
harga awal 500 koin perunggu.”
Para
wanita yang menyaksikan ketampanan kak Russian mulai menggila. Contohnya seperti
wanita yang sudang duduk didekat pintu penjara itu mengangkat tangannya, “”Aku
mengambilnya 1 perak. Mungkin ia bisa menjadi selirku, hehe?” ucap wanita tersebut.
Para lelaki menoleh kearah wanita itu. suara kecil dan merdu, harum kasturi dan jeruk yang semerbak, kalung berlian dengan simbol matahari, tidak salah lagi ia adalah Gloria Bexley atau julukannya adalah ‘Lady Poppy’. Pedagang sukses yang hanya menyimpan lusinan pria sebagai selirnya.
Wes... wos... wes... wos... ,
suara khalayak yang membincangkan sang Lady Poppy.
“Waah..
lihat itu! Dia adalah pedagang wanita yang terkenal itu, ‘Lady Poppy’.” Teriak salah
satu pengunjung. “Waah... itu benar. Itu Gloria Bexley si pedagang sukse.”
“Pzz... pzz... , baiklah! Russian Van
Onyx telah lunas dibayar oleh Lady Poppy maka silah–” sesaat, sang panitia
melihat kekursi atas.
seorang
pelayan pengintai itu mengangkat tangan. “Jika wanita itu menghargai pria itu
sebanyak 1 koin emas maka, aku akan membayarnya 4 koin emas!!” teriak pelayan
itu. “Maaf tuan!! Aku agak melenceng dari
tugasku. Tapi, aku mau lelaki ini menjadi penggantiku di kandang kuda, hii...” batinnya
dengan mual membayangkan kotornya kandang kuda itu.
Lady
Poppy kesal, lalu ia mengangkat tangannya lagi, “Aku akan membayarnya 8 koin
emas!!” teriaknya.
“15
koin emas!” ucap si pelayan.
“30
koin emas!” dalam batinnya, Lady Poppy berpikir, “Haha... kalau denganku tidak ada yang bisa main-main dengan jumlah uangku,
hehe!!”
Para
penonton bergumam-gumam sambil melihat kearah kak Russian, “Astaga!! Lelaki
ini adalah pria yang berhasil membuat Lady Poppy bersungguh-sunguh....”
Si
pelayan mengangkat tangannya lagi, “Kalau begitu, aku akan membelinya seharga 1
koin ‘permata’.” Ujar sengir pelayan itu.
Wes... wos... wes... ,
para khalayak dan kak Russian tak habis pikir, apakah si pelayan itu manusia normal atau ‘homo’, sih? Pikir negatif
mereka.
Lady Poppy sangat terkejut. Pasalnya, orang yang memiliki harta yang dihamburkan sebanyak ini biasanya adalah anak dari pedagang Britannia, apalagi pelayan itu menganggap 1 koin ‘permata’ atau 1000 koin emas itu sepele sebagai uang jajan layaknya anak sekolah.
TBA Bab 3 : Hari ini pelelangan manusia terjadi pada Rhico, Azriel, kak Marie, dan kak Russian yang diperebutkan dengan konyol.
BalasHapus