The Britains Ark - Adventure In A World Full Of Fantasy | TBA Chapter 1 : pertemuan yang mengejutkan (1)
TBA Bab 1/
Chapter 1 : pertemuan yang mengejutkan
(1)
Huf... huf... huf..., desahan
napas karena berlari tidak membuat Rhico menyerah dalam aktivitasnya
sehari-hari.
Lari
Rhico yang terlalu cepat membuat suaranya seperti memotong angin yang keras
dimusim dingin ini. Saat ibu Anna yang seorang suster sesepuh digerejaku bangun
yang dilihatnya pertama kali adalah Rhico yang berlatih sambil mengambil
bahan-bahan makanan dari ladang yang jaraknya 13 Km dari gereja ini.
Di larinya
yang sangat kencang, saat Rhico sedang beraktivitas yang keluar dari mulutnya
Cuma sihir khayalannya.
“Fiuh, akhirnya ini keranjang yang
ketiga. Flash Dance!” teriaknya
dengan nada yang penuh semangat.
Disaat
semuanya tidur, hanya bu Anna yang terbangun sambil memperhatikan Rhico,
“Oh nak
Rhico sudah bangun, ya? Padahal badannya kecil tapi tenaganya sekuat baja,
haha...,”
Bu Anna
berhenti sejenak untuk melihat ucapan Rhico. “Kemarin Hammer Class, sekarang Flash
Dance. Memang anak yang ‘sesuatu’,
haha!” sambungnya.
Sebelum bu
Anna pergi kekamar mandi, ia sedang berjalan kearah lemari untuk mengambil baju
ladangnya.
“Eh, bajuku
sudah siap, ya?”
“Sudah bu!
Sudah Rhico siapkan tadi malam.” Jawabnya.
“Ah,
b-baiklah, ahaha.” Jawab bu Anna dengan bingung
Setelah bu
Anna mendapatkan bajunya, dia meletakkan bajunya dikasur terlebih dahulu.
Setelah itu dia pergi kebelakang gereja untuk menimba air untuk mandinya. Saat
itu Rhico juga sedang menyapu halaman kanan, sih. Dirinya yang melihat bu Anna
mengambil air disumur, ia berlari ke bu Anna dengan panik.
“Apa yang
ibu lakukan?”
“Tentu saja
ibu lagi mengambil air, nak! Rhico kenapa disini, Ah, kamu mau ibu ambilkan
airnya sekalian juga, ya?” jawab bu Anna.
“Aku sudah
mandi, bu. Lagian air ibu sudah Rhico siapkan dikamar mandi. Oh, ya, airnya
juga sudah Rhico masak. Lebih baik ibu masuk sekarang, soalnya sekarang sudah
musim dingin!”
Dengan wajah
kebingungan, ibu Anna hanya tesenyum. “A-Ah, baiklah, makasih nak sayang.”
ucapnya sambil senyum.
Jam
didesa telah menunjukan jam 7.00 pagi, ini waktunya untuk bu Anna, kak Rin dan
kak Liam pergi ke ladang. Selagi ibu Anna bersiap-siap, Rhico, Azriel, suster
Marie sang suster muda, membuat sarapan untuk makan bersama-sama. Tugas Rhico
adalah mencari buruan untuk sarapan dan makan siang nanti, tugas Azriel adalah
mencari buruan disore hari. Tapi, karena tugas Rhico adalah buruan untuk
sarapan dan makan siang, ia menangkap buruannya disore hari bersama Azriel yang
mencari buruan untuk makan malam. Lalu, tugas kak Marie adalah memasak hasil
buruan Rhico dan Azriel juga hasil dari ladang dihutan.
Bu Anna
berjalan kebelakang gereja untuk mengambil sepatu bot nya.
Setelah dia
sampai, ia mulai mencari sepatunya. “Nak Liam, dimana sepatu bot ibu. Kamu tadi
juga menyapu halaman, kan?”
“Oh, tadi
Liam cuci dulu, setelah itu Liam jemur deh, di dekat pagar belakang. Mungkin
sekarang sudah kering... Mungkin?,” jawab kak Liam sambil menggaruk kepalanya.
“Oh, Makasih,
ya nak Liam.” Jawab bu Anna sambil senyum.
Ibu Anna
berjalan kebelakang gereja lewat dapur. Suster Anna yang sedang memasak
tiba-tiba menarik ibu Anna ke kursi untuk makan.
“Ibu mau
kemana? Kok, belum makan. Ayo kita makan dulu, hihi!” tanya kak Marie.
“Tugas kamu
Cuma memasak, nak Marie. Biar ibu pergi dulu kebelakang dulu, ah! Nanti sayuran
di ladang sudah habis dimakan domba-domba liar itu!” jawab ibu Anna dengan nada
khawatir.
“Apa yang
ibu katakan! Ibu sudah berumur 51 tahun, sudah tua begini ,kok masih ke
ladang?” ucapnya sambil mengaduk kuali.
“Tenang
saja. Lagian, dek Rhico dan pastor Rin sudah pergi mengambil bahan, kok. Kalau
ibu tidak percaya coba ibu lihat lumbung belakang, pasti penuh.” Sambungnya.
“Tapi...
bagaimana dengan pajak panen untuk bangswan Vomasis?
Pajak itu kan, harus dikumpulkan 2 hari lagi!” tanya bu Anna dengan wajah yang
bertambah khawatir.
Disaat ibu
Anna yang sedang khawatir, kak Liam dan Rin memeluk ibu Anna dengan erat. Lalu
mereka berkata,
“Haha, ibu!
Kan, semua yang ada di gereja ini bilang ‘tenang saja!’, jadi, artinya ibu
tenang saja, hehe.” Ucap kak Rin sambil tertawa.
“Tenang saja
ibu. 2 bulan yang lalu, aku, Rin, dek Rhico, dek Azy sudah memotong hutan untuk
memperluas ladang kita. Tapi, kami menanam padi dikawasan yang susah diketahui
bangsawan tamak itu, hehe. Jadi, kita tidak perlu lagi membayar pajak tambahan
kalau tidak diketahui bangsawan itu...” bicaranya kak Liam terhenti sejenak saat
melihat raut wajah suster Anna.
Disaat kak
Liam yang berbicara, bu Anna marah besar kepada mereka semua,
Dengan
menarik napas, bu Anna berkata, “...kalian semua ikut ibu ke kantor setengah
jam lagi! Jangan melakukan apapun sebelum dipanggil. Kalian benar-benar
membuatku kesal,” ucapnya dengan nada bengis.
Rhico,
Azriel, kak Liam, kak Rin, dan suster Marie bingung dan bertanya-tanya di dalam
hati mereka, Apa yang terjadi? Kenapa ibu
Anna marah kepada kami. Apa kami berbuat salah?, pikir mereka dengan khawatir.
Selagi
menunggu panggilan bu Anna untuk menghadap ke kantor nya, Rhico dan seluruh
anggota keluarganya berkemas untuk kegiatan masing-masing, seperti mengumpulkan
perangkap buruan, cangkul, ember, dan lainnya. Walaupun semuanya terlihat
baik-baik, hati mereka kacau balau sambil memikirkan kesalahan masing-masing.
Rhico
mencoba bertanya kepada kak Liam dengan nada yang lirih,
“Hm...
kak Liam!”
Kak Liam
yang dipanggil oleh Rhico menoleh kehadapannya,
“Iya, ada
apa, dek?” jawabnya.
“Hm.. apa
kita sudah berbuat salah kepada ibu? Apa salah kita sambil membuat ia marah?”
tangis Rhico dengan wajah sendu.
“Entahlah~~
Kakak pun tidak memahami pemikiran ibu! Coba kamu tanya dengan kak Rin dan kak
Marie, mungkin mereka tahu?”
“Ah, baiklah
kak!” jawab Rhico dengan semangat.
Kak Liam
yang melihatnya hanya tersenyum kepada Rhico.
Rhico
berlari menuju dapur untuk menemui kak Marie. Disana yang ia lihat adalah kak
Marie yang meratap menghadap kuali daging domba rebus. Wajah yang tirus membuat
wajah cantiknya hilang dalam sekejap mata.
“Hm... kak
Marie! Kak Marie! Hei, kak Marie! Kenapa kakak melamun?”
Kakak Marie
yang sedang memasak terkejut dan kaget, lalu ia menoleh kehadapan Rhico.
“Ah... eh...
ada apa dek Rhico, kok teriak-teriak?” tanyanya kak Marie.
Baru saja
kak Marie menoleh ke Rhico, mereka dipanggil oleh ibu Anna. Saat mereka
dipanggil mereka meninggalkan seluruh aktivitas mereka. Jendela gereja yang
tinggi dan koridor yang pendek terasa lebih panjang karena gugup yang tidak
karuan untuk menuju ke kantor bu Anna. Kak Marie teringat dengan pertanyaan
Rhico yang belum selesai ingin bertanya kepada Rhico. Tapi, ia masih gugup
untuk pergi keruang bu Anna.
Dengan
mengumpulkan keberania, kak Marie melirik ke Rhico, lalu ia bertanya, “Hm...
Rhico, tadi kamu kenapa panggil kakak?” tanyanya.
Saat ia
dipanggil, Rhico menoleh kehadapan kak Marie. Walaupun mata Rhico menghadap ke
arah kak Marie, bukan berarti hatinya juga. Ia hanya diam, kak Marie yang
mengertipun juga turut diam.
Saat
kami sudah mencapai gagang pintu, ternyata ibu Anna sudah menunggu sambil
melotot. Kamipun duduk satu per satu di kursi tamu bu Anna.
Lalu, yang
menambah keheningan gugup bertambah saat ibu Anna mulai bertanya, “Apa kalian
tahu, apa kesalahan kalian?” tanyanya.
Dari ujung
kursi, kak Liam menjawabnya dengan gugup. “T-Tidak bu,” jawabnya.
“Marie Van
Mook, William Ingres, Gregorin Van Unklav, Lunarhico Van Seeksen, lalu Azriel
Van Seeksen, jawab dengan jujur! Apa kalian tidak tahu kesalahan kalian?”
bentak ibu Anna sambil menepis muka kak Liam.
Semuanya
terdiam saat ibu Anna menepis muka kak Liam. Apa daya bagi mereka yang terdiam.
Muka ibu
Anna benar-banar marah, “Tidakkah kalian tahu..., eh?”
Tiba-tiba
ada yang mengetuk pintu kantornya. “Nak Marie! Apa kamu sudah mengunci seluruh
pintu di gereja ini? Astaga, kalian benar-benar ceroboh,” ucap bu Anna.
Lalu, ibu
Anna membuka pintu kantornya. Tapi, tidak ada seorang pun berada didepan pintu
itu.
“Ha.. ha.. ha.. Kalian begitu bodoh, kecuali engkau Lady Anna,
hehe.”
Suara asing
tersebut muncul dari bawah meja bu Anna. Sesosok laki-laki muncul dari bawah
meja bu Anna rupanya Dr. Hisora, sang dokter terhebat didesa Longsben.
Semua yang
berada di kantor itu kaget dan senang dengan datangnya Dr. Hisora.
“Horee! Dr.
Hisora kembali!” ucap anak-anak dengan bahagia.
“Sir Hisora!
Darimana saja kau menghilang selama 7 tahun lamanya?” tanya ibu Anna dengan
bahagia.
Dibelakangnya
ada seorang gadis misterius muncul dari belakang punggung Dr. Hisora.
“Ah,
perkenalkan ini asisten baruku namanya Jessica Monswater. Aku bertemu dengannya
6 tahun yang lalu, haha!”
Dengan
gugup, gadis itu memperkenalkan dirinya.
“Namaku
Jessica Monswater, umurku 16 tahun; saya tinggal dan lahir di daerah teritorial
Sershanks, Sershanks timur, ibukota Abablic. Semoga kalian menerima saya dengan
baik!” ucap gadis itu.
“Oh, namamu
Jessica ya? Kalau begitu saya Anna Istten, saya suster di gereja ini.
Perkenalkan juga, disini ada 2 pastor yaitu Willam Ingres dan Gregorin Van Unklav,
lalu 2 anak asuh yaitu Lunarhico Van Seeksen dan Azriel Van Seeksen, dan 2
suster yaitu Marie Van Moork dan saya suster sesepuh Anna Istten.” Jawab bu
Anna sambil memperkenalkan dirinya dan penghuni gereja ini.
Jessica
memberi hormat kepada penghuni gereja ini dengan mengangkat gaunnya.
“William
Ingres. Ajak lady Jessica mengelilingi gereja ini. Oh ya, silahkan menikmati
tour kecil ini, ya. ” Ujarnya Dr. Hisora
“Baiklah,
ayo Lady Jessica.” Ucap kak Liam.
Lalu, kak
Liam dan kak Jessica keluar dari ruangan kantor ibu Anna.
“Nak Marie,
tolong buatkan bapak secangkir teh di dapur. Bapak ingin mengobrol dengan Lady
Anna sebentar!” ucap Dr. Hisora.
“Ah,
baiklah! Azriel, Rhico ayo bantu kakak didapur.” Ucap kak Marie
“Oke!!”
jawab mereka dengan semangat.
Dr. Hisora
memulai pembicaraannya seketika saat pintu ditutup. Ibu Anna kembali ketempat
duduknya dan mempersilahkan Dr. Hisora duduk.
“Jadi, apa
yang membuatmu kembali setelah kejadian ‘itu’ 7 tahun yang lalu? Apakah kau
menemukan sumber dari kekacauan 1000 tahun yang lalu itu?” tanya ibu Anna.
Dr. Hisora
menghela napas dengan dalam. Lalu, ia menceritakan beberapa hal penting kepada
ibu Anna.
“Tidak ada
yang menarik dalam ekspedisiku selama 7 tahun. Tapi, aku menemukan suatu benda
yang mungkin akan menggeparkan dunia.”
Dengan nada
remeh, ibu Anna ingin mengetahui apa yang diketahui Dr. Hisora. “Oh begitu, ya?
Apa saja yang kau temukan selama 7 tahun terakhir?”
Dr. Hisora
mengeluarkan sebuah peta dan gambar kepada ibu Anna.
Dari benda
yang ia lihat, ini mengejutkan ibu Anna hingga membuat matanya berhenti
berkedip, “B-Bukankah ini...!”
“Betul! Ini
adalah 4 artefak yang aku temukan digerbang makam Kaisar Naga Langit dan makam
Kaisar Naga Bumi.”
“Bagaimana
mungkin? Kenapa engkau bisa mengelabui para penjaga makam tersebut?” ujar ibu
Anna dengan histeris.
“Haha... ini
adalah gambar 3 dari 10 senjata digdaya penghancur dunia, yaitu Palu Paloma
milik Raja Giant yang agung, lalu pedang suci Ragnarok milik Ratu Luz
Elizabeth, dan yang terakhir kompas Salvatour milik Raja Werewolf yang ganas!”
Ibu Anna
terkejut tidak kepalang, soalnya bagaimana mungkin 3 dari 10 senjata digdaya
penghancur dunia muncul kembali dari perut bumi.
“Hei, Sir
Hisora j-jangan membuatku takut! Bagaimana mungkin senjata itu masih utuh
didunia ini? 10 Raja Pendosa itu lenyap dengan senjata mereka masing-masing di
Purgatorium.” Tanya ibu Anna dengan geger.
Saat
mendengar ucapan suster Anna, Dr. Hisora mengerinyutkan dahinya dan berkata,
“Kau pikir aku bercanda, Lady Anna! Ah, menurut asumsiku, 10 senjata milik 10
Raja pendosa itu bukannya hilang. Tapi, disembunyikan disuatu tempat dipenjuru
Britannia ini!”
“Mungkin
beberapa penghuni gereja ini ada yang tahu atau mungkin pemilik senjata ini,
hehe!” ujarnya.
“Apa
maksudmu Dr. Hisora? Melihat senjata ini saja sudah membuatku takut. Jangan kau
bilang anak-anakku adalah salah satu dari 10 Raja pendosa!” tegas bu Anna.
Hufh... hufh... hufh... Suara napas
Dr. Hisora yang ia keluarkan membuat ibu Anna penasaran tentang apa yang ia
pikirkan.
“Lady Anna!
Di gereja ini bukan hanya seorang saja, melainkan ada 2 Raja pendosa.”
Diperbincangan
selanjutnya, yang diketahui ibu Anna sangat mengejutkan hingga teriakannya
terdengar ke kamar-kamar dan koridor bahkan aula gereja ini.
Dari dapur,
Rhico dan Azriel juga kak Marie terkejut dengan suara teriakan bu Anna. Kak
Marie yang sedang memasak menyuruh Rhico dan Azriel untuk memeriksa ibu Anna.
“Rhico!
Azriel! Periksa keadaan ibu cepat! Kalau ada apa-apa, segera panggil kak Liam
dan kakak Rin. Cepatlah pergi ke kantornya!”
“Ehm! Kami akan menuju ke kantor bu Anna.
Ayo, dik Azy!”
Rhico dan
Azriel langsung berlari ke kantor melewati dapur. Tapi, karena gereja sedang
renovasi kecil jadinya mereka harus melewati aula, lalu melewati kapel, dan
terakhir melewati koridor menuju halaman belakang. Disana, mereka masuk melalui
pintu kantor ibu Anna dari belakang taman bunga kesayangannya.
Melihat ibu
Anna yang sempoyongan, Rhico membantu ibu Anna untuk menidurkannya di atas
sofa.
Dari
tidurnya, ibu Anna berpesan kepada Rhico dan Azriel.
“Dalam waktu
dekat kalian akan pergi ke S. S. A. A.,
tenang saja aku akan menyiapkan segala kebutuhan kalian dan perlengkapan
kalian.” Tanpa basa basi, ibu Anna meninggalkan kantornya untuk beristirahat
dikamarnya.
“Hei! Hei!
Hei! Apa yang kau katakan didepan anak-anak ini, lady Anna?!” bentak Dr.
Hisora.
Ibu Anna
hanya berjalan tanpa melihat kearah belakang.
Azriel dan
Rhico mencoba bertanya kepada dr. Hisora.
“Hmm... Sir
Hisora! Apa yang sebenarnya terjadi? Hiks... hiks... hiks... Kami tidak mengerti mengapa kami harus pergi dari gereja
ini!” kedua anak ini menangis dan merasa bersalah karena kemungkinannya mereka
sudah tidak sanggup dirawat lagi.
TBA Bab 1 : Hai!! Namaku Lunarhico Van Seeksen. Bersama keluarga kalian akan merasa luar biasa.
BalasHapus